Senin, 20 Mei 2013

15 Penyebab utama infertilitas wanita:

1. Tuba Falopi Tersumbat atau Rusak

Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh salpingitis (peradangan tuba falopi). Selain membuat sulit hamil, salpingitis juga dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan (ektopik). Penyakit menular seksual (PMS) klamidia dapat menyumbat saluran tuba falopi yang menyulitkan keluarnya sel telur. Sekitar 70% sumbatan tuba falopi disebabkan oleh infeksi klamidia.

2. Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal jaringan implan di luar uterus, yang normalnya hanya tumbuh di uterus. Endrometriosis dapat menghalangi proses konsepsi dan perlekatan embrio di dinding uterus.

3. Kelainan Hormon

Kekurangan hormon lutein dan hormon perangsang folikel dapat menyebabkan sel telur tidak dapat dilepaskan (ovulasi). Kelainan kelenjar hipotalamus-pituitari juga dapat menyebabkan anomali hormonal yang menghalangi ovulasi.

4. Tumor Pituitari

Tumor yang biasanya jinak ini dapat merusak sel-sel pelepas hormon di kelenjar pituitari yang membuat siklus menstruasi terhenti pada wanita atau produksi sperma menurun pada pria.

5. Kelebihan Prolaktin (Hiperprolaktinemia)

Prolaktin adalah hormon yang merangsang produksi ASI. Kelebihan hormon prolaktin dapat mengganggu ovulasi. Bila seorang wanita banyak mengeluarkan ASI meskipun tidak sedang menyusui, kemungkinan dia menderita hiperprolaktinemia.

6. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).

Sindroma ini ditandai banyaknya kista ovarium dan produksi androgen (hormon laki-laki) berlebihan, terutama testosteron. Akibatnya, sel telur sulit matang dan terjebak di folikel (tidak ovulasi).

7. Menopause Prematur

Menopause prematur terjadi bila wanita berhenti menstruasi dan folikel ovariumnya menyusut sebelum usia 40 tahun. Kelainan imunitas, radioterapi, kemoterapi dan merokok dapat memicu kelainan ini.

8. Tumor Rahim (Uterine Fibroids)

Tumor jinak di dinding rahim ini sering dijumpai pada wanita usia 30-40 tahun. Tumor ini dapat menyebabkan infertilitas bila menghalangi tuba falopi dan perlekatan telur yang sudah dibuahi di dinding rahim.

9. Adesi

Adesi (adhesion) adalah sekelompok jaringan skar yang saling berkait sehingga menyatukan dua permukaan organ yang normalnya saling terpisah. Adesi yang melibatkan tuba falopi karena infeksi atau pembedahan dapat menghalangi fungsi ovarium dan tuba falopi.

10. Kelainan Kelenjar Tiroid

Kelainan ini menyebabkan kelebihan atau kekurangan hormon tiroid yang mengacaukan siklus menstruasi.

11. Kelainan Anatomi Bawaan

Kelainan bawaan pada organ reproduksi dapat menyebabkan infertilitas. Kelainan yang disebut Mullerian agenesis ditandai dengan tidak berkembangnya vagina atau rahim. Wanita dengan kelainan ini masih dapat punya anak melalui bayi tabung dengan “menyewa” rahim wanita lain.

12. Merokok

Merokok dapat membahayakan ovarium dan mengurangi jumlah/kualitas sel telur. Riset menunjukkan wanita perokok cenderung mengalami menopause lebih awal.

13. Stres

Neurotransmiter (pengirim pesan kimiawi) bekerja di kelenjar hipotalamus untuk mengendalikan hormon-hormon reproduksi dan stres. Tingkat hormon stres yang tinggi dapat mengganggu sistem reproduksi.

14. Terlalu Kurus atau Terlalu Gemuk

Wanita yang terlalu kurus, misalnya para atlet maraton atau penderita anorexia, dapat kehilangan fungsi reproduksinya. Kegemukan dapat menyebabkan infertilitas dengan berbagai cara. Policystic ovarian sydrome (PCOS), misalnya, lebih sering terjadi pada wanita yang kegemukan.

15. Faktor Lingkungan

Herbisida, pestisida, limbah industri dan polusi lainnya dapat mempengaruhi fertilitas. Phtalate, zat kimia untuk melunakkan plastik, diduga dapat mengganggu fungsi hormon-hormon tubuh.

penyakit kanker

Kanker Payudara
Kanker payudara (karsinoma payudara) adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringan payudara. Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan tidak menutup kemungkinan jika terjadi pada kaum pria, hanya saja kasusnya sangat jarang.
Frekuensi kasus penyakit ini relatif tinggi di negara maju dan merupakan yang terbanyak diderita dari jenis kanker lainnya. Sedangkan di Indonesia, kanker payudara menempati peringkat kedua setelah kanker serviks.
Artikel ini akan menjelaskan kepada Anda faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan seseorang terserang kanker payudara, cara melakukan deteksi dini, dan menghindari kanker payudara serta bagaimana Anda dapat mengetahui gejala-gejala kanker payudara.

Faktor Resiko Terserang Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti tetapi ada beberapa faktor resiko yang memungkinkan seorang wanita terserang penyakit ini, yakni sebagai berikut:
  • Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
  • Wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan.
  • Kehamilan pertama terjadi setelah berumur 30 tahun.
  • Mendapat menstruasi pertama pada usia di bawah 12 tahun dan menopause setelah usia 55 tahun.
  • Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
  • Obesitas pasca menopause dan pemakaian alkohol.
  • Bahan kimia - Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
  • Penggunaan DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.
Perlu diingat bahwa faktor-faktor yang disebutkan di atas tidaklah selalu dapat memicu serangan kanker payudara, namun seringkali riwayat hidup seseorang yang terkena kanker payudara berhubungan dengan faktor-faktor tersebut.

Gejala-Gejala Kanker Payudara

Ada beberapa gejala kanker payudara yang dapat dilihat. Berikut adalah gejala-gejala yang dimaksud:
  • Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba.
  • Perubahan bentuk dan ukuran payudara.
  • Adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar sembuh.
  • Adanya cairan (darah atau nanah-berwarna kuning sampai kehijauan) yang keluar dari puting susu.
  • Perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa terbakar, dan tertarik ke dalam (retraksi).
  • Adanya kerutan-kerutan (seperti jeruk purut) pada kulit payudara.
  • Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
Segera periksakan payudara Anda ke dokter bila timbul gejala-gejala yang telah disebutkan agar bisa segera ditangani dengan baik. Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhkan jika masih pada stadium awal.
Untuk mendeteksi secara dini, dapat dilakukan pemeriksaan sendiri pada payudara setiap 5-7 hari setelah masa menstruasi, dengan mammografi (pemeriksaan dengan sinar X), atau dengan biopsi (mengangkat sedikit jaringan kelenjar susu untuk diagnosis).

Pencegahan Kanker Payudara

Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Tetapi, beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup, secara umum bisa mengurangi angka terjadinya kanker.
Saat ini, faktor yang terbukti memegang peranan penting dalam proses terjadinya tumor adalah hormon estrogen. Estrogen merupakan hormon kelamin sekunder yang berfungsi untuk membentuk dan mematangkan organ kelamin wanita, termasuk payudara, selama pubertas.
Estrogen memicu pertumbuhan dan pematangan sel di organ kelamin wanita yang disebut sel duct. Sel duct ini kemudian akan membelah secara normal. Saat-saat pematangan sel duct ini merupakan saat yang paling rentan bagi sel tersebut terkena mutasi.
Jika ada satu sel yang mengalami mutasi akibat faktor keturunan, radiasi, radikal bebas, dll, maka sel tersebut dapat membelah secara berlebihan yang seterusnya akan berkembang menjadi kanker.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa estrogen merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab terhadap resiko terjadinya kanker payudara. Apa yang dapat dilakukan masing-masing wanita untuk mencegah timbulnya kanker payudara?
  • Lakukan deteksi dini (pemeriksaan sendiri) setiap bulan setelah masa haid  dan pemeriksaan klinis (mammografi dan biopsi).
  • Hindari mengonsumsi makanan yang berlemak tinggi.
  • Penggunaan obat atau alat kontrasepsi yang mengandung hormon harus atas petunjuk dokter.
  • Menyusui bayi selama mungkin (sampai sekitar 2 tahun).
  • Banyak mengonsumsi buah dan sayur serta kedelai termasuk produk olahannya.
Kunci untuk bertahan hidup adalah mendeteksi kanker payudara sedini mungkin, sebelum ia memiliki kesempatan untuk menyebar. Pemeriksaan payudara secara pribadi hendaknya dilakukan dengan teratur setiap bulan, karena seorang wanita harus waspada dalam mencari sesuatu yang tampak atau terasa mencurigakan pada payudaranya, seperti adanya pengerasan atau benjolan.
Tidak soal seberapa kecil hasil penemuannya, ia perlu segera menghubungi dokter. Semakin dini suatu benjolan didiagnosa, semakin besar kendali yang dimiliki wanita tersebut terhadap masa depannya.

Informasi lengkapnya di: http://www.deherba.com/gejala-gejala-kanker-payudara.html#ixzz2TuBp9I95

penyakit kanker payudara

10 Gejala Kanker yang Kerap Diabaikan
Selasa, 19 Maret 2013

Ada beberapa gejala dari kanker yang sangat umum dan kadang membuat seseorang salah menafsirkan jenis penyakit yang dideritanya. Yaitu, kembung, nyeri pinggang, atau tekanan panggul. Jika gejala di atas Anda rasakan hanya beberapa saat saja, mungkin Anda tidak perlu merasa curiga atau takut. Namun, jika terjadi secara intens (lebih dari dua minggu) dan semakin hari kadar sakitnya semakin kuat, ada baiknya Anda langsung memeriksakan diri ke dokter. Berikut ini tanda-tanda dan gejala yang paling kanker yang seringkali terjadi.
1. Perubahan payudara
"Jika ada benjolan, sebaiknya jangan diabaikan, bahkan jika hasil mammogram Anda mengatakan normal," kata Carolyn Runowicz, MD, survivor kanker payudara dan Profesor Kebidanan dan Ginekologi di Florida International University. Puting yang bersisik atau mengelupas juga bisa diindikasikan sebagai penyakit Paget dimana sekitar 95 persen wanita yang terkena kanker mengalami tanda ini. Periksakan juga jika mengalami puting berair atau berdarah dan kulit payudara seperti kulit jeruk (dimpling). Dimpling pun sering dikaitkan dengan kanker payudara inflamasi, sel kanker agresif yang ditandai dengan bengkak, panas, payudara memerah. Selain mengecek riwayat medis Anda dan keluarga, dokter juga melakukan pemeriksaan mammogram atau USG dan mungkin biopsi.
2. Perdarahan tidak teratur
Jika Anda mengalami pendarahan (pascamenopause) setelah menopause (minimal 12 bulan tanpa haid), itu salah satu peringatan kanker. Pendarahan pada saat menopause sering dikaitkan dengan perubahan hormon. Meski demikian, ini harus dievaluasi. Setiap perdarahan, tetes kecil, atau bekuan besar pada vagina bisa saja abnormal dan harus segera diselidiki. Pendarahan seperti ini bisa mengindikasi sesuatu yang berbahaya seperti polip endometrium atau sesuatu yang lebih serius seperti kanker endometrium atau serviks. Dokter bisa menyarankan sonogram transvaginal atau mungkin biopsi.
3. Perdarahan rectal (anus)
Kanker usus besar merupakan kematian pada kanker paling umum ketiga pada wanita. Tanda yang paling umum adalah pendarahan di anus yang banyak disangka orang sebagai wasir. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan dubur dan kolonoskopi jika Anda sudah berusia 50 tahun atau lebih. Tapi bukannya tidak mungkin penyakit ini dialami orang muda.
4. Cairan berbau
Salah satu tanda kanker serviks adalah vagina mengeluarkan cairan berbau busuk. Cairan bisa jadi mengandung darah dan mungkin terjadi pada pra atau paska menopause. Sebaiknya Anda tidak mengobatinya sendiri dengan mengkonsumsi obat-obatan. Pemeriksaan lab  diperlukan untuk mengetahui apakah cairan ini disebabkan oleh infeksi atau sesuatu yang lebih serius.
5. Kembung
Kanker ovarium merupakan pembunuh nomor satu dalam katergori kanker organ reproduksi. "Selama bertahun-tahun, ini diketahui sebagai silent killer . Padahal kanker ovarium memiliki gejala yang jelas," ujar Runowicz. Empat gejala yang paling sering dirasakan adalah kembung sebelum makan, kencing lebih sering, serta pinggang dan panggul nyeri.
Jika Anda merasakan dua atau lebih dari gejala ini selama lebih dari dua minggu, periksakan ke dokter Anda. Biasanya pemeriksaan yang disarankan dokter adalah pemeriksaan panggul, USG transvaginal, dan mungkin tes darah CA-125 untuk memeriksa sel-sel kanker.
6. Berat badan naik atau turun drastis
Jika berat badan Anda naik atau turun secara drastis bisa jadi penyebabnya adalah akumulasi cairan dalam perut yang berhubungan dengan kanker ovarium. Menurut American Cancer Society, ini merupakan tanda pertama dari kanker dan yang paling sering dikaitkan dengan pankreas, perut, kerongkongan, atau kanker paru-paru. Namun penurunan berat badan pada wanita sering disebabkan oleh tiroid yang hiperaktif, kata Runowicz. Cek tiroid Anda untuk memastikannya.
7. Batuk terus-menerus
Jika Anda batuk terus-menerus yang tidak dikarenakan alergi atau infeksi saluran pernapasan dan berlangsung lebih dari 2 – 3 minggu, periksakan segera ke dokter. Terutama, kata Karlan, jika Anda adalah perokok aktif. "Merokok merupaka kanker pembunuh nomor satu bagi wanita perempuan," kata Beth Y Karlan, MD, Direktur Program Penelitian Kanker Perempuan di Cedars-Sinai Samuel Oschin Comprehensive Cancer Institute, Los Angeles. Lakukan X-ray paru-paru atau CT scan untuk memastikannya.
8. Kelenjar Getah Bening
"Jika kelenjar getah bening di leher atau bagian bawah lengan Anda terasa keras, periksakan ke dokter," saran Runowicz. Bengkak pada kelenjar getah bening juga bisa menjadi tanda infeksi.
9. Kelelahan
American Cancer Society mengatakan, “kelelahan ekstrim terus-menerus dan tidak hilang meski sudah beristirahat harus diwaspadai.” Leukemia, usus, atau kanker perut juga dapat menyebabkan kehilangan darah dan menyebabkan kelelahan. Lakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk mengevaluasi tiroid Anda.
10. Perubahan kulit
Awasi setiap perubahan kulit yang terjadi di tubuh Anda. Hubungi dokter jika ada hal yang Anda khawatirkan. Atau, jika terjadi luka di mulut yang tak kunjung sembuh, terutama jika Anda merokok atau minum alkohol. Bisa jadi ini tanda dari kanker mulut. Perhatikan juga luka atau kulit yang teriritasi di daerah vagina. "Sebuah lesi vulva nonhealing bisa menjadi tanda kanker vulva," kata Runowicz.
Perubahan tahi lalat atau lesi berpigmen pada vulva juga dapat menandakan kanker. "Vulva melanoma sering diabaikan dan dapat bisa sangat agresif," kata Karlan. Biopsi sederhana dapat dilakukan dokter jika memang diperlukan.